Kamis, 21 Juni 2018

Pengaruh Musik Elektronik Bagi Otak


Pengaruh Musik Elektronik Bagi Otak : Musik elektronik yang juga disebut electronic dance music (EDM) itu, kini tengah gandrung di kalangan kaum muda. Padahal, di kalangan media mainstream, EDM dianggap sebagai ‘kehancuran’ tren anak muda masa kini. EDM bisa dianalogikan sebagai musik rock’n’roll di era 80an, yang diberi label sebagai musik bagi para pemberontak.

Rave party sendiri dianggap negatif karena umumnya, para penikmat pesta musik itu lekat dengan penggunaan obat-obatan terlarang, seperti ekstasi dan LSD.

Tapi benarkah EDM yang memengaruhi para penikmatnya untuk mengonsumsi narkotika? Tentu saja tidak.

Melansir laman dancemusicnw.com, EDM hanyalah musik yang memayungi berbagai genre musik elektronik, termasuk tekno, house, trance, hardstyle, drum dan bass, dubstep, trap, Jersey club dan berbagai subgenre lainnya.

Seperti genre musik lain, EDM memang punya pengaruh pada kehidupan manusia. Secara umum, EDM memiliki ketukan irama yang cepat yang membangkitkan semangat.

Secara tidak sadar, tubuh memang merespon musik dengan melepas serotonin yang memengaruhi rasa bahagia. Selain itu, tubuh juga memproduksi dopamin, hormon yang membuat manusia merasa bersemangat. Di saat yang sama, otak akan melepas norefineprin, yang meningkatkan konsentrasi serta rasa euforia.

Semakin cepat irama musik, semakin banyak pula hormon yang dikeluarkan. Tidak heran bila EDM bisa memicu semangat untuk berdansa semalaman.

Di beberapa eksperimen, musik elektronik juga terbukti punya pengaruh dalam mengatasi gangguan mood, stres dan depresi. Banyak penelian menyebut musik merupakan terapi anti-depresan yang ampuh. Namun, jenis musik pelepas stres bagi setiap orang, tentu berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar