Pengaruh Musik Elektronik Bagi Otak : Musik elektronik yang
juga disebut electronic dance music (EDM) itu, kini tengah gandrung di kalangan
kaum muda. Padahal, di kalangan media mainstream, EDM dianggap sebagai
‘kehancuran’ tren anak muda masa kini. EDM bisa dianalogikan sebagai musik
rock’n’roll di era 80an, yang diberi label sebagai musik bagi para pemberontak.
Rave party sendiri dianggap negatif karena umumnya, para
penikmat pesta musik itu lekat dengan penggunaan obat-obatan terlarang, seperti
ekstasi dan LSD.
Tapi benarkah EDM yang memengaruhi para penikmatnya untuk
mengonsumsi narkotika? Tentu saja tidak.
Melansir laman dancemusicnw.com, EDM hanyalah musik yang
memayungi berbagai genre musik elektronik, termasuk tekno, house, trance,
hardstyle, drum dan bass, dubstep, trap, Jersey club dan berbagai subgenre
lainnya.
Seperti genre musik lain, EDM memang punya pengaruh pada
kehidupan manusia. Secara umum, EDM memiliki ketukan irama yang cepat yang
membangkitkan semangat.
Secara tidak sadar, tubuh memang merespon musik dengan
melepas serotonin yang memengaruhi rasa bahagia. Selain itu, tubuh juga
memproduksi dopamin, hormon yang membuat manusia merasa bersemangat. Di saat
yang sama, otak akan melepas norefineprin, yang meningkatkan konsentrasi serta
rasa euforia.
Semakin cepat irama musik, semakin banyak pula hormon yang
dikeluarkan. Tidak heran bila EDM bisa memicu semangat untuk berdansa
semalaman.
Di beberapa eksperimen, musik elektronik juga terbukti punya
pengaruh dalam mengatasi gangguan mood, stres dan depresi. Banyak penelian
menyebut musik merupakan terapi anti-depresan yang ampuh. Namun, jenis musik
pelepas stres bagi setiap orang, tentu berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar